Translate
Rabu, 20 Maret 2013
daging pencetus kanker
Cukup besarnya angka variasi dari tingkat penyebab kanker menurut kajian para pekerja migran menyimpulkan bahwa faktor lingkungan seperti cara makan berkaitan dengan risiko kanker. Konsumsi daging, seperti sapi, mempunyai 3 jenis variasi di seluruh dunia – dengan angka konsumsi yang tertinggi di negara maju (23 kg/penduduk) dibandingkan dengan negara yang kurang berkembang (6 kg/penduduk) [1] Berdasarkan karya Richard Doll dan Richard Peto pada tahun 1981 diperkirakan bahwa sekitar 35% (sekitar 10% - 70%) penyakit kanker dapat dikaitkan dengan cara makan, sama besarnya dengan akibat rokok terhadap kanker (30%, berkisar 25% - 40%) [2].
Konsumsi daging berkaitan dengan risiko kanker dan hal ini telah dilaporkan oleh lebih dari seratus kajian epidemiologikal di berbagai negara dengan cara makan yang bervariasi. Keterkaitan antara konsumsi daging dan risiko kanker telah dikaji dengan melihat kedua-duanya, yaitu kelompok luas yang mengonsumsi daging, dan juga kategori yang lebih baik, khususnya konsumsi daging merah, termasuk sapi, domba, babi, dan daging anak lembu, serta khususnya daging proses atau daging yang diawetkan melalui penggaraman, pengasapan, atau pengawetan.
Meskipun hubungan kanker dengan konsumsi daging dapat saja dijelaskan karena pola makan yang berenergi atau berkandungan lemak tinggi (“kebaratan”), hal itu juga mempunyai pengaruh langsung dari unsur karsinogenik yang ditemukan dalam daging, termasuk unsur N-nitroso, heterosiklik amino, atau polisiklik aromatik hidrokarbon. Unsur N-nitroso mempunyai peranan yang besar dalam pembentukan karsinogen dalam daging [3] termasuk nitrosamino yang memerlukan aktivasi metabolis untuk dikonversi menjadi bentuk karsinogenik dan nitrosamida yang tidak membutuhkan aktivasi. Sama halnya, heterosiklik amino diklasifikasikan sebagai mutagen dan karsinogen hewan [4–8]. Unsur-unsur ini dan yang lainnya di dalam daging (garam, nitrat, nitrit, zat besi, lemak jenuh, estradiol) telah didefinisikan sebagai peningkat sintetis DNA dan perkembangbiakan sel, meningkatkan insulin - seperti faktor-faktor pertumbuhan, mempengaruhi metabolisme hormon, mempengaruhi kerusakan radikal bebas, dan meningkatkan kasinogenik heterosiklik amino [9–16], yang semuanya itu mempengaruhi pertumbuhan kanker.
Artikel Penelitian yang Terkait:
Artikel Penelitian Terjemahan yang membahas kasus baru berikut ini dipublikasikan di PloS Medicine:
Cross AJ, Leitzmann MF, Gail MH, Hollenbeck AR, Schatzkin A, et al. (2007) Suatu studi propektif atas konsumsi daging merah dan daging proses berkaitan dengan risiko kanker. PLoS Med 4(12): e325. doi:10.1371/journal.pmed.0040325
Dengan menggunakan data dari Amanda Cross dan koleganya, sebuah studi kelompok besar telah menemukan bahwa baik konsumsi daging merah dan daging proses berkaitan erat dengan kanker usus besar (colorectum) dan paru-paru.
Kanker Usus Besar
Studi paling menghebohkan yang berkaitan dengan konsumsi daging adalah kanker usus besar. Dalam studi ekologikal, hubungan antara konsumsi daging per kapita secara internasional dengan tingkat kanker usus (r > 0.85) dan tingkat kematian (r > 0.70) cukup tinggi. Sama halnya, meningkatnya risiko kanker usus besar berkaitan dengan konsumsi daging merah dan daging proses telah diteliti dalam studi kelompok dan pengendalian kasus. Sebuah kajian tahun 1997 yang berkaitan dengan hal ini yang disponsori oleh Dana Penelitian Kanker Dunia dan Institut Penelitian Kanker Amerika menyimpulkan bahwa konsumsi daging merah kemungkinan meningkatkan risiko kanker usus besar, sedangkan daging proses mungkin meningkatkan risiko kanker usus besar [19]. Konsensus yang sama juga dilaporkan oleh Panel Kanker Usus dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)[20] dan Kelompok Kerja Diet dan Kanker pada Komite Obat dari Kebijakan Nutrisi dan Makanan [21]. Dalam meta-analisa kanker usus besar baru-baru ini, termasuk studi yang dipublikasikan hingga tahun 2005 [22–24], ringkasan terkait menyimpulkan bahwa konsumsi daging merah meningkatkan risiko 28%–35%, sedangkan daging yand diproses meningkatkan risiko dari 20%–49%.
Kanker Jenis Lain
Sebagai tambahan, sejumlah besar studi telah menguji keterkaitan antara konsumsi daging dan risiko kanker perut. Dalam sebuah meta-analisa baru-baru ini, meskipun hasilnya berasal dari kasus pengendalian berbanding kasus kelompok yang cukup beragam [25]. Sedikit studi yang kurang konsisten telah dilaporkan terhadap kanker kandung kemih [26,27], kanker payudara [28,29], endometrium [30], glioma [31], pankreas [32–34], prostat [35], dan sel ginjal [36]. Hanya ada sedikit kajian yang berkaitan antara konsumsi daging dengan kanker paru-paru [37,38], kerongkongan [39], rongga mulut [40,41], peranakan [42–44], mulut kelamin [45], dan hati [41]. Kebanyakan studi yang ada menguji tempat-tempat tersebut secara kasus per kasus, dan beberapa studi terdahulu kurang ada penyesuaian terhadap konsumsi energi atau indeks masa tubuh, dua kunci utama penentu.
Sebuah Studi Baru tentang Berbagai Tempat Kanker
Dalam penerbitan PLoS Medicine, Amanda Cross dan rekan-rekannya mengemukakan penemuan mereka dari sebuah kajian kelompok yang berprospektif besar terhadap konsumsi daging merah dan daging proses di berbagai tempat [46]. Analisa mereka berdasarkan propektif Institut Kesehatan Nasional (NIH)-AARP (yang sebelumnya dikenal sebagai Pensiunan Asosiasi Amerika) Studi Diet dan Kesehatan yang mencakup hampir 500.000 laki-laki dan wanita di Amerika Serikat yang diantaranya ada lebih dari 53.000 kasus kanker.
Untuk kanker usus besar, risiko kenaikan 24% berkaitan dengan konsumsi daging merah sebanyak 62,5 g/1.000 kcal dan risiko kenaikan 20% berkaitan dengan konsumsi daging proses sebanyak 22,6 g/1.000 kcal ditemukan di antara laki-laki dan wanita yang relatif sama dengan ringkasan risiko relatif pengamatan dalam meta-analisa sebelumnya [22–24]. Para peneliti juga menemukan kenaikan konsumsi daging merah yang sangat berpengaruh dengan naiknya risiko peningkatan 20% - 60% untuk kanker kerongkongan, hati, dan paru-paru. Untuk daging proses, terjadi risiko kenaikan 16% kanker paru-paru yang diamati. Daging merah dan daging proses berkaitan dengan naiknya risiko kanker pankreas pada laki-laki saja.
Hasil penemuan dari Peneltian Diet dan Kesehatan NIH-AARP menegaskan penemuan-penemuan sebelumnya dari kanker usus besar. Namun demikian, sebuah persamaan positif dengan kanker perut banyak terlihat dalam pengawasan kasus per kasus yang dilakukan terdahulu yang tidak ditemukan dalam Peneltian Diet dan Kesehatan NIH-AARP. Risiko relatif untuk kanker perut secara primer dinyatakan nihil dalam studi bersama yang dilakukan terdahulu dibandingkan dengan studi kasus per kasus, dan dengan demikian hasil kajian Peneltian Diet dan Kesehatan NIH-AARP tentang kanker perut konsisten dengan studi bersama yang dilakukan bersama sebelumnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar